Home/ Artikel / Kesiapan Mental Dalam Menghadapi Pandemi Dari Perspektif Agama Buddha JurnalIlmu Agama dan Pendidikan Agama Buddha Vol. 4, No. 1, Maret 2022 p-ISSN 2686-1194 | e-ISSN: xxxx-xxxx Halaman 31 Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Bannaruji (2018), menunjukan praktik ketujuh faktor pencerahan sempurna dalam Bojjhanga Sutta yang biasa dibacakan sebagai Paritta, akan membawa kepada ketenangan dan pandangan terang (Samatha dan vipassana), Syair Ahmad Syauqi adalah satu dari sekian banyak syair yang menceritakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. dalam keindahan diksi dan kata-katanya, Syair Syauqi menangkap dan mampu menggambarkan momentum menakjubkan dalam proses kelahiran sang Nabi.. Syair merupakan hal yang tidak asing lagi bagi bangsa Arab khususnya. Sejak zaman dahulu bangsa Arab sudah hidup berdampingan dengan syair. Yangpertama syair pendidikan tentang pentingnya pendidikan untuk masa depan. Yang kedua, syair pendidikan tentang semangat belajar. Dan yang ketiga, syair pendidikan tentang pentingnya berperilaku baik. Untuk Masa Depanmu. Karya Gina Hayana Diterbitkan hanya oleh syairko [1] Dengarlah wahai anakanda Rajinlah belajar sepanjang masa Vijjābhagiyā-Sutta (A. 1:61). "Dua Dhamma ini, oh para bhikkhu, mengambil bagian dalam kemunculan) pengetahuan. Apa saja keduanya? Samatha dan Kepercayaanadalah saudara yang paling baik. Nibbāna adalah kebahagiaan yang tertinggi. (Dhammapada 204) DOWNLOAD AUDIO. Kitab Suci Dhammapada merupakan salah satu kitab dalam Agama Buddha yang terdapat dalam Khuddaka Nik?ya. Memuat khotbah-khotbah Sang Buddha yang disusun dalam bentuk syair dengan jumlah 423 syair. . oleh Dwi Purnomo dan Rendy Arifin Mengawali bulan Mei 2018, mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri STABN Sriwijaya Tangerang mengadakan kegiatan one day reading Dhammapada atau sehari membaca Dhammapada. Kegiatan yang diinisiasi oleh mahasiswa semester 6 ini dilakukan di lobi kampus STABN Sriwijaya Tangerang dan diikuti oleh 25 mahasiswa. Kegiatan One day reading Dhammapada ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas mahasiswa dalam hal membaca Dhammapada. Dengan membaca ini pula, diharapkan mahasiswa dapat memahami intisari dari Dhammapada tersebut dan dapat menerapkannya dalam berbagai sendi kehidupan. Dhammapada itu sendiri merupakan salah satu bagian dari kitab suci Agama Buddha yang terdapat dalam Khuddaka Nikāya, Sutta Pitaka. Berisikan syair-syair indah kehidupan, Dhammapada terdiri dari 26 vagga bab yang dikemas dalam sebuah buku. Bab-bab tersebut diantaranya Yamaka Vagga Syair Berpasangan, Appamada Vagga Kewaspadaan, Citta Vagga Pikiran, Puppha Vagga Bunga-bunga, Bala Vagga Orang Bodoh, Pandita Vagga Orang Bijaksana, Arahanta Vagga Arahat, Sahassa Vagga Ribuan, Papa Vagga Kejahatan, Danda Vagga Hukuman, Jara Vagga Usia Tua, Atta Vagga Diri Sendiri, Loka Vagga Dunia, Buddha Vagga Buddha, Sukha Vagga Kebahagiaan, Piya Vagga Kecintaan, Kodha Vagga Kemarahan, Mala Vagga Noda-Noda, Dhammattha Vagga Orang Adil, Magga Vagga Jalan, Pakinnaka Vagga Bunga Rampai, Niraya Vagga Neraka, Naga Vagga Gajah, Tanha Vagga Nafsu Keinginan, Bhikkhu Vagga Bhikkhu, Brahmana Vagga Brahmana. Dalam pembacaan Dhammapada ini, mahasiswa dibagi menjadi dua kelompok yang diatur bergantian untuk membaca setiap syair pali dengan arti Bahasa Indonesia-nya. Bhikkhu Ratanajayo dan Bhikkhu Pabhajayo turut hadir dan membimbing para mahasiswa selama kegiatan berlangsung. Tak sedikit komentar dan masukan disampaikan oleh mereka, khususnya dalam hal tanda baca, tinggi rendah suara, kekompakkan dan alunan Magadha yang sesuai. Mahasiswa pun diminta untuk mengulang setiap ada pembacaan syair Dhammapada yang kurang tepat. Pembacaan Dhammapada ini juga merupakan bagian dari Pariyatti Dhamma mempelajari Dhamma, yang hakikatnya harus dilakukan oleh seorang mahasiswa, apalagi sebagai mahasiswa jurusan Dharma Acariya dan Dharma Duta. Terlepas dari itu, syair Dhammapada ini perlu dibacakan dan menyatu dalam kegiatan rohani umat Buddha, karena berisikan berbagai macam nasihat yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti syair Dhammapada berikut Bab VI Pandita Vagga Orang Bijaksana 84 Seseorang yang arif, tidak berbuat jahat demi kepentingannya sendiri atau pun orang lain, demikian pula ia tidak menginginkan anak, kekayaan, pangkat atau keberhasilan dengan cara yang tidak benar. Orang seperti itulah yang sebenarnya luhur, bijaksana, dan berbudi. Kegiatan ini disambut positif oleh bhikkhu Sangha dan para dosen STABN Sriwijaya Tangerang, yang mana merupakan salah satu bagian dari pelestarian Dhamma, terlebih syair-syair Dhammapada belakangan ini hanya terdengar pada saat event-event tertentu, seperti hari raya agama Buddha dan perlombaan. Diharapkan syair-syair Dhammapada ini dapat kembali terdengar di vihara-cetiya seluruh Indonesia dengan menjadi bagian dari kegiatan rohani rutin umat Buddha. BERSYUKUR DAN BERTERIMA KASIH Ä€rogyaparamā lābhā, santuá¹­á¹­há¿paramaṁ dhanaṁ; Vissāsaparamā ñāti, nibbānaṁ paramaṁ sukhaṁ.Kesehatan adalah keuntungan yang paling besar. Kepuasan adalah kekayaan yang paling berharga. Kepercayaan adalah saudara yang paling baik. Nibbāna adalah kebahagiaan yang tertinggi.Dhammapada 204 DOWNLOAD AUDIO Kitab Suci Dhammapada merupakan salah satu kitab dalam Agama Buddha yang terdapat dalam Khuddaka Nik?ya. Memuat khotbah-khotbah Sang Buddha yang disusun dalam bentuk syair dengan jumlah 423 syair. Pada kesempatan kali ini akan dibahas salah satu syair yang terdapat dalam Sukha Vagga, yaitu syair 204. Syair tersebut dibabarkan oleh Sang Buddha kepada Raja Pasenadi dari Kosala setelah sebelumnya Raja Pasenadi mengikuti nasihat dari Sang Buddha untuk mengurangi makan. Syair tersebut membahas tentang sebab-sebab kebahagiaan, antara lain kesehatan, kepuasan, kepercayaan, dan Nibb?na. Tiga hal yang pertama dapat diperoleh, dijaga, dan dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai hal yang patut disyukuri. Tentu semua orang ingin agar hidupnya sehat, mudah merasa puas, serta mendapat kepercayaan dari kerabat dekat maupun masyarakat. Bersyukur dan berterima kasihDalam Kitab Suci A?guttara Nik?ya Buddha menjelaskan tentang tiga jenis manusia yang jarang atau langka di dunia ini. 1 Pertama, seorang Tath?gata, seorang Arahat, yang tercerahkan sempurna. 2 Kedua, seorang yang mengajarkan Dhamma dan disiplin yang dinyatakan oleh Sang Tath?gata. 3 Ketiga, seorang yang bersyukur dan berterima kasih. Ketiga jenis orang ini adalah jarang di dunia ini. Sering kali seseorang terlalu mendambakan hal-hal di luar diri yang belum diperoleh. Ketika cita-cita dan harapannya tersebut tidak tercapai lalu merasa sedih dan kecewa. Padahal, sebenarnya ia sudah memiliki hal-hal yang patut untuk disyukuri. Ia lupa untuk bersyukur dan berterima kasih atas apa yang sudah dimiliki pada saat ini. Bersyukur pada awalnya memang tidak mudah, namun hal tersebut dapat dicapai dari latihan. Kesehatan adalah keuntungan yang paling besarR?pa atau tubuh jasmani merupakan sarang penyakit dan suatu saat pasti akan diserang penyakit. Tetapi, bukan berarti seseorang kemudian lantas melalaikan kesehatan dirinya sendiri. Kesehatan adalah hal yang sangat berharga, karena dapat menunjang aktivitas seseorang. Hal inilah yang kiranya penting untuk dipahami dengan benar. Bahkan, di dinding beberapa rumah sakit di Sri Lanka, penggalan syair ?rogyaparam? l?bh?’ ditampilkan dalam huruf besar untuk mengingatkan besarnya manfaat dari kesehatan. Kepuasan adalah kekayaan yang paling berhargaSetiap orang tidak terlepas dari keinginan, baik keinginan yang sederhana, sampai keinginan yang membuat batin tersiksa. Bila tidak disadari, keinginan-keinginan rendah dapat mengantarkan seseorang pada semakin berkembangnya nafsu dan keserakahan. Ketika seseorang bisa melenyapkan keserakahan dan kekikiran, maka kebahagiaan yang didapat dari kepuasan akan menjadi kekayaan yang adalah saudara yang paling baikMemiliki saudara dekat yang mengerti dan melindungi adalah dambaan banyak orang. Tatkala seseorang dalam kesulitan, saudara dekat siap mengulurkan tangan. Kepercayaan dari lingkungan dan masyarakat, bekerja seperti halnya saudara dekat. Menolong baik ketika diminta maupun ketika tidak diminta. Bahkan, lebih jauh lagi, dapat mengantarkan seseorang pada kesuksesan dan mudah bersyukur dimulai dari hal sederhanaKetika sedih dan kecewa muncul lantaran tidak mendapatkan apa yang diinginkan, ingatlah pada tiga hal ini kesehatan, kepuasan, dan kepercayaan. Ketiga hal ini telah dimiliki, namun kadang tidak disyukuri. Penyebabnya karena pikiran yang tidak terkendali. Oleh karena itu, berusaha memunculkan rasa syukur dan berterima kasih dalam kehidupan sehari-hari amatlah penting. Dimulai dari bersyukur dan berterima kasih pada hal-hal sederhana yang ada di sekitar kita. Ketika hal ini dilatih secara terus-menerus tanpa kenal lelah, maka perlahan akan muncul dan berkembang menjadi sifat. Lebih jauh lagi, sifat baik ini akan berkembang menjadi karakter. Tentu setiap orang mengharapkan dirinya memiliki karakter yang baik. Salah satu contoh dari seseorang yang berkarakter baik adalah mereka yang dapat mensyukuri semua makhluk hidup 2011. Kitab Suci Dhammapada. Terjemahan oleh R?javar?c?riya. 2013. Singkawang Selatan Bahussuta 2015. A?guttara Nik?ya Khotbah-Khotbah Numerikal Sang Buddha Jilid 1. Jakarta DhammaCitta Press. Hidup ini sangat singkat, usia kita semakin bertambah dan kita pun semakin tua kekuatan menjadi lemah dan kita semakin dekat dengan kematian. Cobalah untuk merenungkan tentang hal ini sedikit. Mulailah untuk melihat ke dalam diri sendiri. Sampai pada hari ini, sudah tidak terhitung lamanya kita berada di alam sa?sara ini untuk mencari kebahagiaan, tetapi kenyataannya lebih banyak penderitaan yang kita dapatkan. Sekarang ini adalah kesempatan yang baik, di mana kita jadi manusia dan bertemu dengan Dhamma ajaran Sang Buddha. Kesempatan ini adalah hal yang sulit untuk diperoleh tapi walaupun sulit kita sudah mendapatkannya, oleh sebab itu berjuanglah sungguh-sungguh selama kesempatan masih ada. Setidaknya kita berusaha untuk tidak jatuh ke empat alam menyedihkan. Bergegaslah untuk berbuat kebajikan, karena bagaimanapun hidup di dunia ini tidak kekal. Hidup ini tidak hanya untuk mencari harta, kedudukan, perolehan, dan ketenaran. Meski memiliki kekayaan sebanyak apa pun, pada akhirnya tidak ada satu pun yang bisa dibawa pergi. Hanya kamma baik dan kamma buruklah yang akan setia menjadi pengikut menuju kehidupan berikutnya. Kalau kita memiliki tabungan kamma baik yang banyak, maka akan dapat mengantarkan kita ke alam yang bahagia dan jika tidak, maka kita akan jatuh ke alam menderita. Masihkah kita akan menunda waktu untuk berbuat kebajikan? Kita tidak tahu masih berapa lama sisa kehidupan yang kita miliki di dunia ini, dan kita juga tidak tahu sudah berapa banyak saldo kebajikan yang kita miliki. Oleh karena itu jangan menunda-nunda waktu, lakukanlah perbuatan baik selama kita bisa. Berbuat baik bisa dengan berdana, menjalankan moralitas, dan mengembangkan batin. Ada sebuah perumpamaan tentang gagak yang malang. Kisah ini di ambil dari isi Sona-Jataka No. 529. Suatu ketika seekor burung gagak bodoh melihat seekor bangkai gajah yang besar yang mengapung dan terbawa arus di sungai Gangga. Diliputi oleh keserakahan, dia berpikir, “itu adalah gudang makanan yang luar biasa, aku akan tinggal di sana siang dan malam dan menikmati kebahagiaan hidup.” Maka, hanya dia yang terbang ke sana dan berdiam di bangkai tersebut. Siang dan malam dia hanya menikmati kebahagiaan hidupnya dengan makan dan minum sepuasnya tanpa memedulikan bahwa bangkai gajah terus bergerak menuju lautan luas. Dia bagaikan mabuk kesenangan, sehingga walaupun di sepanjang pinggir sungai terdapat banyak desa-desa makmur dengan vihara-viharanya yang indah dan megah dilewatinya, dia tidak menghiraukannya sama sekali, bahkan untuk sekadar meliriknya pun tidak terbersit di pikirannya. Seiring dengan berjalannya waktu, bangkai tersebut semakin habis dan dia pun semakin tua serta sulit terbang. Akhirnya, ketika bangkai tersebut sampai di tengah lautan jauh dari mana-mana, bangkai tersebut tidak dapat lagi menopangnya. Dia berusaha terbang. Dengan segala kemampuannya, tetapi tidak ada satu pulau pun yang nampak olehnya. Di sana, di tengah lautan luas dia terjatuh dan langsung dimangsa oleh para penghuni lautan ganas. Makna dari kisah gagak yang malang ini adalah sebagian manusia yang bodoh dan malas bagaikan si burung gagak bodoh. Mereka terlahir sebagai manusia dengan keadaan yang baik dan berkecukupan bagaikan si gagak yang mendapatkan seekor bangkai gajah yang besar. Mereka siang dan malam selalu berusaha untuk memuaskan nafsu indranya tanpa memedulikan bahwa usianya semakin tua dan semakin dekat dengan kematian. Hal ini bagaikan si gagak yang siang dan malam hanya makan dan minum sepuasnya tanpa memedulikan bahwa bangkai gajah terus bergerak menuju lautan luas. Mereka tidak menghiraukan keberadaan Buddha Sasana dan juga sama sekali tidak terpikir oleh mereka untuk melakukan kebajikan. Hal ini bagaikan si gagak yang tidak menghiraukan desa-desa makmur dengan vihara-vihara yang indah dan megah, bahkan untuk sekadar meliriknya pun tidak terbersit di pikirannya. Seiring dengan berjalan-nya waktu, berkah kamma baiknya mereka semakin berkurang, usianya semakin tua, dan kemampuannya dalam berusaha juga semakin berkurang. Hal ini bagaikan si gagak yang mulai kehabisan bangkai, usianya semakin tua, dan sulit terbang. Berada di akhir kehidupan, jauh dari kebajikan, dan kamma baik juga tidak kuat lagi menyokong hidupnya. Hal ini bagaikan si gagak yang sampai di tengah lautan jauh dari mana-mana dan bangkai tempatnya berdiam juga tidak dapat lagi menopangnya. Pada umumnya, ketika mereka telah tua, di saat menjelang kematian, mereka baru sadar dan menyesal, mereka berusaha bertahan hidup dan melakukan kebajikan, tetapi semuanya telah terlambat. Hal ini bagaikan si gagak yang berusaha terbang dengan segala kemampuannya, tetapi tidak ada satu pulau pun yang nampak. Mereka meninggal dalam kegelisahan dan kebingungan, buah kamma buruk menyerbunya, dan mereka terjatuh ke alam menderita yang sangat-sangat menderita. Hal ini bagaikan si gagak terjatuh di tengah lautan luas dan langsung dimangsa oleh penghuni lautan yang ganas. Demikianlah kebiasaan sebagian besar manusia, kita sering lupa bahwa kita hidup di dunia ini hanya sementara. Ketika masih muda dan kuat menyia-nyiakan kesempatan untuk berlatih dalam kebaikan, ketika tua dan lemah baru ingat betapa pentingnya berlatih, betapa pentingnya kebajikan tapi sayang mereka sudah terlalu tua, mau datang ke vihara sudah tidak bisa berjalan, mau berbuat baik sudah terlalu lemah. Akhirnya hanya bisa menjalani sisa hidup dengan penuh kegelisahan dan kekhawatiran. Oleh karena itu Buddha menyampaikan dalam syair Dhammapada “bergegaslah berbuat kebajikan, dan kendalikan pikiranmu dari kejahatan, barang siapa lamban berbuat bajik, maka pikirannya akan senang dalam kejahatan”. XV. KEBAHAGIAAN 1. 197 Sungguh bahagia jika kita hidup tanpa membenci di antara orang-orang yang membenci; di antara orang-orang yang membenci, kita hidup tanpa benci. Cerita terjadinya syair ini… 2. 198 Sungguh bahagia jika kita hidup tanpa penyakit di antara orang-orang yang berpenyakit; di antara orang-orang yang berpenyakit, kita hidup tanpa penyakit. Cerita terjadinya syair ini… 3. 199 Sungguh bahagia jika kita hidup tanpa keserakahan di antara orang-orang yang serakah; di antara orang-orang yang serakah, kita hidup tanpa keserakahan. Cerita terjadinya syair ini… 4. 200 Sungguh bahagia hidup kita ini apabila sudah tidak terikat lagi oleh rasa ingin memiliki. Kita akan hidup dengan bahagia bagaikan dewa-dewa di alam yang cemerlang. Cerita terjadinya syair ini… 5. 201 Kemenangan menimbulkan kebencian, dan yang kalah hidup dalam penderitaan. Setelah dapat melepaskan diri dari kemenangan dan kekalahan, orang yang penuh damai akan hidup bahagia. Cerita terjadinya syair ini… 6. 202 Tiada api yang menyamai nafsu; tiada kejahatan yang menyamai kebencian; tiada penderitaan yang menyamai kelompok kehidupan khandha; dan tiada kebahagiaan yang lebih tinggi daripada Kedamaian Abadi’ nibbana. Cerita terjadinya syair ini… 7. 203 Kelaparan merupakan penyakit yang paling berat. Segala sesuatu yang berkondisi merupakan penderitaan yang paling besar. Setelah mengetahui hal ini sebagaimana adanya, orang bijaksana memahami bahwa nibbana merupakan kebahagiaan tertinggi. Cerita terjadinya syair ini… 8. 204 Kesehatan adalah keuntungan yang paling besar. Kepuasan adalah kekayaan yang paling berharga. Kepercayaan adalah saudara yang paling baik. Nibbana adalah kebahagiaan yang tertinggi. Cerita terjadinya syair ini… 9. 205 Setelah mencicipi rasa penyepian dan ketentraman, maka ia akan bebas dari duka-cita dan tidak ternoda, serta mereguk kebahagiaan dalam Dhamma. Cerita terjadinya syair ini… 10. 206 Bertemu dengan para ariya adalah baik, tinggal bersama mereka merupakan suatu kebahagiaan, orang akan selalu berbahagia bila tak menjumpai orang bodoh. Cerita terjadinya syair ini… 11. 207 Seseorang yang sering bergaul dengan orang bodoh pasti akan meratap lama sekali. Karena bergaul dengan orang bodoh adalah penderitaan seperti tinggal bersama musuh. Tetapi, siapa yang tinggal bersama orang bijaksana akan berbahagia, sama seperti sanak keluarga yang kumpul bersama. Cerita terjadinya syair ini… 12. 208 Karena itu, ikutilah orang yang pandai, bijaksana, terpelajar, tekun, patuh dan mulia; hendaklah engkau selalu dekat dengan orang yang bajik dan pandai seperti itu, bagaikan bulan mengikuti peredaran bintang. Cerita terjadinya syair ini… Setiap manusia memiliki potensi untuk memperoleh apa yang diharapkan dalam hidupnya, baik secara duniawi maupun spiritual. Potensi secara duniawi hanya mengarah kepada harta benda, kekayaan, kehormatan, kedudukan, ketenaran, nama baik, dan masih banyak kebahagiaan yang bersifat duniawi lain-nya, tetapi itu semua sifatnya sementara, bisa mengalami perubahan kapan saja anicc?. Sedangkan potensi spiritual mengarah kepada tujuan hidup yang membawa pada kebahagiaan di atas duniawi yaitu melampaui penderitaan dan merealisasikan kebahagiaan tertinggi Nibb?na.Kedua potensi itu apabila dikembangkan secara terus-menerus dalam kehidupan ini juga akan membawa kepada kebahagiaan duniawi dan batin. Untuk mewujudkan potensi-potensi tersebut tidaklah mudah, semuanya membutuhkan tekad yang kuat adhi???na, perjuangan utthanasampada, usaha, pe-ngorbanan, semangat viriya. Untuk mewujudkan potensi itu menjadi kenyataan membutuhkan pedoman yaitu Dhamma yang merupakan ajaran kebenaran yang telah diajarkan oleh Sang Buddha. Dhamma itu sendiri adalah ajaran untuk kebahagiaan dan pembebasan dari penderitaan. Dalam kehidupan ini Sang Buddha mengetahui bahwa tidak semua orang bisa mencapai kebebasan, maka Sang Buddha juga mengajarkan Dhamma untuk kebahagiaan di dunia, karena manusia menginginkan kebahagiaan dan keselamatan. Oleh karena itu dalam A?guttara Nik?ya, Sang Buddha mengajarkan Dhamma kepada An?thapi??ika mengenai empat jenis kebahagiaan yakniKebahagiaan yang pertama Atthisukha adalah kebahagiaan karena memiliki kekayaan materi. Semua orang mempunyai harapan dan cita-cita dalam menginginkan kekayaan, pada saat kita mendapatkan kekayaan itulah kita akan merasa bahagia. Karena dengan kita mempunyai kekayaan maka kita bebas dari rasa takut, khawatir, dan cemas karena semua kebutuhan bisa terpenuhi. Dalam mengumpulkan kekayaan hendaknya melalui jalan yang benar bukan dari hasil mencuri, merampok, dan menipu, karena kekayaan yang diperoleh dengan cara yang baik akan memperoleh kebahagiaan. Sebaliknya, kekayaan yang diperoleh dari hasil yang tidak baik akan membuat kita hidup tidak nyaman dan yang kedua adalah Bhogasukha yang merupakan ke-bahagiaan karena bisa menikmati kekayaan materi. Kalau kita mampu menikmati kekayaan yang diperoleh dengan cara yang baik, maka saat itu kita akan memperoleh kebahagiaan. Tetapi apabila kekayaan kita miliki namun tidak dapat kita nikmati, maka saat itu kita tidak bisa memperoleh yang ketiga, Ana?asukha adalah kebahagiaan karena tidak memiliki hutang. Apabila kita hidup tanpa hutang kepada siapapun, dalam hal apapun, baik itu kecil maupun besar, maka saat itu kita merasakan kebahagiaan, karena hidup tanpa hutang akan memiliki ketenangan dan bebas dari yang keempat, Anavajjasukha adalah kebahagiaan karena tanpa cela. Pada saat kita hidup dan berinteraksi di dalam masyarakat di mana terdapat norma-norma dan aturan-aturan yang menjadi pedoman hidup, tetapi apabila kita tidak berperilaku sesuai dengan norma-norma tersebut, maka pada saat itu kita akan mendapatkan celaan. Kehidupan tanpa cela akan dapat kita peroleh bila kita mampu hidup selaras dengan norma dan aturan yang berlaku di dalam masyarakat. Kebahagiaan karena mampu menjalani hidup tanpa cela adalah kebahagiaan yang tertinggi. Inilah empat jenis kebahagiaan yang dapat dicapai oleh umat Buddha yang masih ingin menikmati kesenangan indera, bergantung pada waktu dan kesempatan, tetapi kebahagiaan ini sifatnya sementara dan faktanya tidak bisa menjamin kebahagiaan sejati. Oleh karena itu Sang Buddha tidak hanya mengajarkan kebahagiaan duniawi saja, tetapi Sang Buddha juga mengajarkan tentang kebahagiaan sejati yang membawa pada kedamaian dan ketenangan batin secara terus-menerus. Ketenangan dan kedamaian batin akan melampaui kebahagiaan duniawi karena ketenangan batin akan memunculkan ke-bijaksanaan paññ? untuk melihat kehidupan yang sifatnya berubah-ubah anicc? dan tidak memuaskan. Hidup yang tidak memuaskan adalah pen-deritaan. Dengan mengetahui bahwa hidup adalah penuh derita, maka ada keinginan untuk bebas dari penderitaan. Penderitaan akan dapat kita singkirkan apabila kekotoran-kekotoran batin kilesa dapat kita hancurkan secara total seperti halnya kebencian, keserakahan, dan kegelapan batin yang merupakan akar dari segala penderitaan. Sang Buddha telah menunjukkan jalan menuju kebebasan sejati yaitu jalan mulia berunsur delapan ariya a??ha?gika magga yang terdiri dari pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, pencaharian benar, daya upaya benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar, yang kemudian disingkat menjadi s?la, sam?dhi, dan paññ?. S?la merupakan latihan moralitas bagi umat Buddha yaitu terdiri dari Pañcas?la Buddhis, Atthas?la, Dasas?la, dan P??imokkhas?la. Siapa saja yang melaksanakan s?la dengan baik akan memiliki pengendalian di dalam dirinya. Selain itu juga ia akan memiliki hiri rasa malu untuk melakukan kejahatan dan ottappa rasa takut akan akibat perbuatan jahat yang dilakukan, karena hiri dan ottappa adalah penunjang dalam pelaksanaan s?la dan menjadi pelindung dunia. Sedangkan sam?dhi merupakan cara melihat ke dalam diri kita sendiri melalui bermeditasi. Selain kita menerapkan atau mempraktikkan s?la atau moralitas dalam kehidupan sehari-hari, kita juga perlu memperhatikan pikiran kita karena selama kita masih memiliki pikiran yang buruk maka kehidupan kita tidak akan pernah terasa nyaman. Penerapan meditasi dalam kehidupan sehari-hari adalah sangatlah baik untuk mengolah pikiran kita terbebas dari pikiran-pikiran yang tidak baik seperti benci, serakah, dan batin yang gelap. Dengan praktik sam?dhi, maka kebijaksanaan paññ? dapat kita peroleh. Dengan memiliki kebijaksanaan, maka kita dapat melihat hidup dan kehidupan yang diliputi oleh ketidak-kekalan, penderitaan, dan tanpa inti yang kekal. Tanpa kebijaksanaan kita tidak akan dapat melihat sifat dari kehidupan tersebut. Apabila kita sudah menjalani dan mempraktikkan jalan mulia berunsur delapan dan mampu melihat dan memahami tiga corak kehidupan dengan jelas, maka tugas kita sebagai manusia sudah berakhir dalam kehidupan ini juga, karena selama Dhamma masih bisa dipraktikkan, selama itu pula kebebasan dapat kita realisasikan. Inilah jalan yang telah sempurna diselami oleh Sang Buddha, yang dapat membuka mata batin, yang menimbulkan pengetahuan yang membawa ketenangan, pengetahuan batin yang luar biasa, kesadaran yang agung, serta pencapaian kebebasan Nibb?na.

syair dhammapada tentang kebahagiaan